News Mandawangi, Hari
bersejarah yang bertepatan hari ini, Selasa 10 November 2020, merupakan Hari
Pahlawan yang tentunya sangat momerable bagi bangsa Indonesia. Peringatan tersebut
diingat saat pertempuran di Surabaya terjadi pada 1945 yang diawali dengan
insiden perobekan bendera merah putih biru di atas Hotel Yamato.
Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 itu pun ditetapkan sebagai Hari Pahlawan melalui Keppres Nomor 316 tahun 1959 pada 16 Desember 1959. Keputusan itu ditetapkan oleh Presiden Soerkarno. Kala itu Soekarno memutuskan juga hari nasional bukan hari libur, salah satunya yakni Hari Pahlawan 10 November. Berdasarkan buku Bung Tomo yang bertajuk Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempor 10 November karya Abdul Waid pertempuran itu dipicu oleh beberapa sebab. Peristiwa itu bermula setelah terjadinya kekalahan Jepang, kemudian rakyat dan pejuang Indonesia berupaya keras mendesak para tentara Jepang untuk menyerahkan semua senjatanya kepada Indonesia.
Sejarah Hari Pahlawan
Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, situasi
Indonesia belum stabil, saat itu Indonesia masih bergejolak terutama antara
rakyat dan tentara asing. Hari Pahlawan 10 November merupakan salah satu
peristiwa penting dalam sejarah negara Republik Indonesia. Karena pada 10
November 1945 terjadi pertempuran besar pasca kemerdekaan, yang dikenal juga
sebagai pertempuran Surabaya.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada
17 Agustus 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat yang menetapkan mulai 1
September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan di seluruh
wilayah Indonesia. Gerakan pengibaran bendera tersebut meluas ke seluruh
daerah-daerah, salah satunya di Surabaya. Pada pertengahan September, tentara
Inggris mendarat di Jakarta dan mereka berada di Surabaya pada 25 September
1945. Tentara Inggris tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East
Indies) datang bersama dengan tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration).Tugas
mereka adalah melucuti tentara Jepang dan memulangkan mereka ke negaranya,
membebaskan tawanan perang yang ditahan oleh Jepang, sekaligus mengembalikan
Indonesia kepada pemerintahan Belanda sebagai negara jajahan. Hal ini memicu
kemarahan warga Surabaya, mereka menganggap Belanda menghina kemerdekaan
Indonesia dan melecehkan bendera Merah Putih.
Mereka protes dengan berkerumun di depan Hotel
Yamato dan meminta bendera Belanda diturunkan lalu kibarkan bendera Indonesia. Pada
27 Oktober 1945, perwakilan Indonesia berunding dengan pihak Belanda dan
berakhir meruncing, karena Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah
perkelahian dalam ruang perundingan tersebut. Hingga mengakibatkan Ploegman
tewas dicekik oleh Sidik di Hotel Yamato pun terjadi ricuh. Sejumlah warga
ingin masuk ke hotel, tetapi Hariyono dan Koesno Wibowo yang berhasil merobek
bagian biru bendera Belanda sehingga bendera menjadi Merah Putih.
Kemudian pada 29 Oktober, pihak Indonesia dan Inggris sepakat menandatangani gencatan senjata. Namun keesokan harinya, kedua pihak bentrok dan menyebabkan Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris, tewas tertembak hingga mobil yang ditumpanginya di ledakan oleh milisi. Melalui Mayor Jenderal Robert Mansergh, pengganti Mallaby, ia mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia bersenjata harus melapor serta meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan. Tak hanya itu, mereka pun meminta orang Indonesia menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas dengan batas ultimatum pada pukul 06.00, 10 November 1945. Ultimatum tersebut membuat rakyat Surabaya marah hingga terjadi pertempuran 10 November. Perang antar kedua kubu berlangsung sekitar tiga minggu. Tokoh perjuangan yang menggerakkan rakyat Surabaya antara lain Sutomo, K.H. Hasyim Asyari, dan Wahab Hasbullah.
Selamat memperingati Hari Pahlawan 10 November
2020
“Perjuangan dan pengorbanan para pahlawan telah usai, tapi perjuangan untuk masa depan bangsa yang lebih baik masih terus berlanjut. Kini, tanggung jawab itu ada di tangan kita.”
Editor : Muh.Izzul Islami Mahfud
0 Comments