Tanggal 24 Oktober merupakan
sebuah peringatan penting di Indonesia yakni, Hari Dokter Nasional atau Hari Dokter
Indonesia.
Sebenarnya
organisasi ini sebelumnya bernama Vereniging van lndische Artsen tahun 1911,
dengan tokohnya adalah Dokter J.A.Kayadu yang menjabat sebagai ketua dari
perkumpulan ini. Selain itu, tercatat nama-nama tokoh seperti Dokter Wahidin,
Dokter Soetomo dan Dokter Tjipto Mangunkusumo, yang bergerak dalam lapangan
sosial dan politik.
Pada tahun 1926
perkumpulan ini berubah nama menjadi Vereniging van lndonesische Geneeskundige
atau disingkat VIG. Tahun 1943 dalam masa pendudukan Jepang, VIG dibubarkan dan
diganti menjadi Jawa izi Hooko-Kai. PB
Perthabin (Persatuan Thabib Indonesia) yang diketuai Dokter Abdoelrasjid dan
DP-PDI (Perkumpulan Dokter Indonesia) menyelenggarakan rapat. Atas usul Dokter Seno Sastromidjojo
dibentuklah panitia penyelenggara Muktamar Dokter Warganegara Indonesia
(PMDWNI), yang diketuai Dokter Bahder Djohan.
Panitia ini bertugas
menyelenggarakan ‘Muktamar Dokter Warganegara Indonesia’. Kegiatan ini
bertujuan untuk ‘mendirikan suatu perkumpulan dokter warga negara Indonesia
yang baru, dan merupakan wadah representasi dunia dokter Indonesia, baik dalam
maupun keluar negeri’. Muktamar
pertama Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park yang kemudian
menjadi gedung pertemuan Kotapraja Jakarta pada tanggal 22-25 September 1950. Sebanyak 181 dokter WNI (62 diantaranya
datang dari luar Jakarta) menghadiri Muktamar tersebut. Dalam muktamar IDI itu, Dokter Sarwono Prawirohardjo (sekarang
Prof.) terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama.
24 Oktober 1950
Dokter Soeharto (pantia Dewan Pimpinan Pusat IDI waktu itu), atas nama sendiri,
dan atas nama pengurus lainnya. Yakni Dokter Sarwono Prawirohardjo, Dokter R.
Pringgadi, Dokter Puw Eng Liang, Dokter Tan Eng Tie, dan Dokter. HaDokterianus
Sinaga menghadap notaris R. Kadiman untuk memperoleh dasar hukum berdirinya
perkumpulan dokter dengan nama ‘Ikatan Dokter Indonesia’.
Hal tersebut dalam
Anggaran dasarnya pada tahun 1952 berkedudukan “sedapat-dapatnya di Ibukota
Negara Indonesia” dan didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan”. Kata
‘Ikatan” yang terdapat dalam nama perkumpulan ini merupakan usul yang
dikemukakan Dokter R. Soeharto. Dalam periode pengurusan IDI ini, Dokter Tan
Eng Tie (bendahara IDI enam kali berturut-turut) ditugaskan membeli gedung IDI
(sekarang) di Jalan Sam Ratulangie, Jakarta dari seorang warga Negara Belanda
seharga Rp 300.000. Sejak itulah,
pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) melayarkan bahtera
organisasinya ditempat tersebut.
Setiap tahunnya, tanggal 24
Oktober diperingati sebagai Hari Ulang Tahun IDI, sebagian lain menyebutnya
dengan Hari Dokter Nasional, berdasar pada peresmian IDI tangggal 24 Oktober
1950.
Semoga Bermanfaat
Jurnalis News Mandawangi
0 Comments